Rabu, 03 Desember 2008

Setetes EmbunSebuah Pertanyaan Bijak di Persimpangan Jalan

Seorang laki-laki sedang berjalan menyusuri gurun pasir di suatu daerah di kala terik matahari menyengat urat. Dialah Anggara. Dia berkelana untuk menuju ke sebuah desa bernama Desa Pitana, di mana semua penduduknya selalu mengatakan kebenaran dan berbicara jujur. Di dekat Pitana, terdapat sebuah perkampungan di mana semua orang di sana selalu berdusta dan tiada henti berkata bohong. Perkampungan ini bernama Kampung Dora.

Setelah berjalan sekian lama dalam beberapa waktu, sampailah Anggara di suatu persimpangan jalan. Jalan yang satu menuju ke arah Pitana, dan jalan yang lain mengarah ke perkampungan Dora. Akan tetapi naas, Anggara tidak tahu mana jalan yang menuju ke Pitana, dan mana jalan yang mengarah ke perkampungan Dora. Dia berdiri sambil terdiam beberapa saat dengan mengernyitkan kening dan memegang dagunya. Dia berpikir, menganalisa, dan mengingat-ingat manakah jalan yang harus ditempuh untuk menuju ke Desa Pitana. Anggara terlihat bimbang untuk memilih jalan yang mana. Jika dia salah menempuh jalan, dia akan mengarah ke Perkampungan Dora, dan ketika dia sampai sana, dia akan mendapat masalah yang sulit, karena semua penduduk di sana tidak pernah berkata jujur. Anggara tetap terdiam dan berharap suatu bantuan datang untuk menunjukkan jalan yang benar menuju Desa Pitana.

Tak beberapa lama, datanglah seorang perempuan dari salah satu jalan di persimpangan itu memecah kebimbangan Anggara. Anggara hendak bertanya kepada perempuan itu, manakah jalan yang menuju ke Desa Pitana. Namun, Anggara sesaat berpikir, apa yang akan ia tanyakan kepada perempuan itu, karena ia tidak tahu apakah perempuan itu berasal dari Desa Pitana atau Perkampungan Dora. Jika perempuan itu berasal dari Pitana, pasti dia akan menjawab dengan jujur, tetapi jika ia berasal dari Dora, pasti dia akan mengatakan kebohongan. Dalam hal ini tentu saja Anggara juga tidak bisa menanyakan dari manakah perempuan itu, karena bisa saja dia berbohong dalam menjawabnya.

Anggara kembali mengernyitkan dagu, dan tidak berapa lama, dihampirinya perempuan itu. Anggara menyapa dan dengan tersenyum ia menanyakan sebuah pertanyaan bijak kepadanya. Perempuan tadi menjawab pertanyaan Anggara sambil menunjuk ke salah satu jalan pada persimpangan itu. Dari jawaban perempuan itu, Anggara lalu beranjak dan menuju ke arah jalan yang ditunjuk oleh perempuan tadi, dan tidak beberapa lama, sampailah dia di Desa Pitana. Lantas, apakah pertanyaan yang sebenarnya ditanyakan oleh Anggara kepada perempuan itu sehingga Anggara dengan pasti mengetahui arah mana jalan yang menuju ke Desa Pitana?

  • Bagi para pembaca yang telah mengetahui pertanyaan Anggara dan ingin mencoba untuk mengetahui apakah jawaban anda benar atau tidak, silakan tuliskan pertanyaan Anggara di atas menurut anda dan ketikkan pada kolom komentar pada artikel ini.

Comments :

3 komentar to “Sebuah Pertanyaan Bijak di Persimpangan Jalan”

hmm...
sebuah pertanyaan bijak di persimpangan jalan..

apa y pertanyaannya???

hmm...

"dimanakah arah jalan menuju tempat yang damai tanpa ada dusta di sana?"

he..he..

bener ga y??;-(

kalo benar dapat pa nie dari ilalang pagi??

rama mengatakan...
on 

hmm, kalo gue sih ya secara logika (kayaknya salah)

tanya aja pertanyaan yg gampang2 misalnya darimana matahari terbit ato berapa 1 + 1?

kalo salah berarti ngeboong. kalo bener brarti jujur...

Bani Syahroni mengatakan...
on 

good posting browww....
gw setuju ama rama dah hehehe

ecko mengatakan...
on 

Posting Komentar

Tundukkan tangkai padi dengan komentarmu

 
back to top